Tips & Trik

Sistem Pengapian Konvensional: Cara Kerja dan Komponennya

PUBLISHED DATE : 26 April 2024

23463215 S

Jika Anda memiliki kendaraan bermotor, maka tentu saja kendaraan tersebut membutuhkan mesin untuk menggerakkannya. Terdapat sistem pengapian yang berguna untuk mendukung hal tersebut.

Dalam pengapian konvensional, sistemnya bisa bergerak karena adanya dukungan dari percikan api yang asalnya dari bagian busi.

Apakah Anda sudah mengenal tentang sistem kendaraan yang satu ini? Jika belum, maka mari simak penjelasannya lebih lanjut, akan dijelaskan tentang pengertian, fungsi, komponen, serta cara kerjanya.

Mengenal tentang Sistem Pengapian Konvensional serta Fungsinya

Sejak pertama kali terciptanya kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar berupa bensin, sistem konvensional ini sudah digunakan. Lalu, hingga saat ini, sistem ini pun masih umum digunakan.

Namun, secara umum, kini ada empat jenis sistem untuk pengapian yang dipakai pada kendaraan mobil. Sistem tersebut yakni pengapian konvensional, pengapian CDI, pengapian DLI, dan pengapian transistor.

Kini, mari membahas lebih lanjut tentang sistem konvensional. Ini adalah sistem yang memanfaatkan rangkaian mekatronika yang dirancang secara sederhana.

Sesuai dengan penjelasan yang sempat disinggung sebelumnya, sistem ini memiliki tujuan untuk dapat menghasilkan percikan api dari komponen busi. Percikan api ini dapat dibuat dengan memanfaatkan interval tertentu.

Terdapat dua fungsi penting dari adanya sistem pengapian konvensional. Pertama, supaya bisa membuat loncatan dari bunga api untuk kondisi dan waktu yang tepat. Dengan begitu, maka pembakaran pun akan tercipta di antara bahan bakar bensin dan udara.

Kedua, sistem ini juga memiliki fungsi untuk membuat tegangan listrik yang tinggi. Inilah hal penting untuk bisa menciptakan loncatan dari bunga api.

Macam-macam Komponen pada Sistem Pengapian Konvensional

Baca Juga : Mengenal Vapor Lock, Penyebab Rem Gagal Berfungsi

Setiap jenis pengapian didukung dengan berbagai komponen supaya sistemnya bisa berjalan dengan baik. Untuk mendukung berjalannya pengapian secara konvensional pun sama, akan didukung oleh berbagai komponen.

Di bawah ini adalah macam-macam komponen yang terdapat dalam sistem untuk pengapian konvensional, mari simak setiap penjelasannya!

  • Baterai

Pertama, tentu saja ada komponen yang sangat penting untuk kendaraan Anda. Mirip dengan fungsi baterai pada umumnya di berbagai mesin, baterai ini mempunyai peran untuk memberikan arus listrik yang dibutuhkan untuk proses pengapian.

Arus listrik yang umumnya dihasilkan yakni sekitar 12 volt. Selain untuk keperluan pengapian, baterai di sini juga memainkan peran penting untuk berbagai sistem kelistrikan lainnya pada kendaraan.

Misalnya, ketika Anda perlu menyalakan klakson atau lampu. Anda juga mungkin lebih mengenal komponen baterai ini dengan sebutan aki.

  • Ignition Coil

Jika tadi bicara tentang baterai yang menghasilkan arus listrik sekitar 12 volt. Maka, kali ini akan dibahas tentang komponen yang tugasnya yakni menaikkan daya listrik tersebut, yakni ignition coil.

Dengan adanya komponen ini, maka daya listrik dapat dinaikkan hingga 10 kV, atau bahkan bisa lebih tinggi lagi. Hal ini menjadi penting, karena untuk menghasilkan percikan api, maka dibutuhkan tegangan listrik dalam jumlah yang besar.

  • Distributor

Komponen selanjutnya yakni distributor yang sesuai dengan namanya, memiliki fungsi untuk mendistribusikan arus dan tegangan listrik. Komponen distributor ini memiliki banyak bagian, berikut adalah penjelasan untuk setiap bagiannya.

  • Platina

Peratama, ada platina yang berfungsi untuk memutuskan aliran listrik pada kumparan primer di dalam bagian ignition coil.

Dengan begitu, maka ignition coil akan bisa menghasilkan tegangan listrik yang jauh lebih tinggi dari tegangan asli baterai.

  • Nok

Kedua, ada komponen nok atau yang juga sering disebut dengan cam. Komponen ini bertugas untuk membuka bagian platina yang terdapat di bagian poros engkol.

Prose membukanya perlu dilakukan dengan tepat untuk setiap silindernya. Nok juga akan digerakkan oleh poros nok serta terhubung dengan bagian poros distributor.

  • Vakum Advancer

Vakum advencer mempunyai fungsi untuk memajukan ketika pengapian berlangsung, disesuaikan dengan beban dari mesin kendaraan.

  • Kondensor

Kondensor memiliki fungsi yang sesuai dengan namanya, yakni untuk menyerap loncatan dari bunga api. Dengan adanya penyerapan ini, maka tegangan di bagian coil sekunder dapat meningkat.

  • Centrifugal Governor Advancer

Komponen ini berfungsi untuk memajukan ketika proses pengapian dilakukan, sehingga dapat menyesuaikan putaran yang diperlukan dari mesin.

  • Rotor

Selanjutnya, ada rotor yang juga berguna untuk membagikan arus listrik. Lebih tepatnya, arus dengan tegangan tinggi yang tadinya telah dihasilkan oleh ignition coil, supaya dapat mengalir ke busi.

  • Distributor Cap

Distributor cap adalah komponen yang memiliki fungsi untuk membagikan arus listrik dari bagian rotor ke bagian kabel. Jadi, setiap busi pun dapat menghasilkan percikan api yang nantinya dibutuhkan untuk proses pengapian.

  • Kabel Tegangan Tinggi

Selanjutnya, ada kabel tegangan tinggi yang memiliki peran penting untuk mengalirkan arus listrik dari bagian ignition coil ke busi. Tentu saja, listrik di sini memiliki tegangan yang tinggi.

  • Busi

Terakhir, ada komponen yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi Anda, yaitu busi.

Ketika membuat bunga api, maka busi akan berperan penting, karena busi akan menghasilkan bunga tersebut dari kabel dengan tegangan tinggi

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Jika tadi membahas tentang berbagai komponen yang mendukung pengapian mesin, maka kini saatnya mengenali tentang cara kerjanya. Bagi sebagian pengendara, hal ini mungkin sudah bisa langsung terbayangkan secara garis besarnya.

Ada dua cara kerja pada sistem ini, di bawah ini adalah penjelasan lebih lanjutnya untuk Anda, supaya lebih memahami tentang kendaraan yang dipakai sehari-hari.

  • Ketika Kontak On

Baca Juga : Alasan Jangan Memakai Kompresor Saat Mengganti Oli

Pertama, ada sistem pengapian yang bekerja ketika kontak kendaraan berada dalam posisi menyala atau on.

Dengan posisi tersebut, maka bagian main relay dan ignition relay akan menjadi aktif. Ini selanjutnya membuat munculnya arus listrik yang mengalir dari baterai.

Arus ini kemudian memasuki kumparan primer serta kumparan sekunder yang terdapat pada bagian ignition coil. Dengan adanya arus listrik  yang hanya dialirkan ini, tidak ada perubahan yang terjadi dalam tegangannya.

  • Ketika Posisi Start

Selanjutnya, mari membahas tentang sistem yang berjalan ketika posisi start. Ketika flywheel berada dalam sistem strater, sistem dari pengapiannya akan memutuskan arus.

Rangkaian ini juga telah terhubung dengan crankshaft pada mesin, sehingga putaran mesin pun dapat menyesuaikan dengan RPM.

Nok yang berada dalam distributor memiliki jumlah yang sama dengan bagian silinder mesin. Jadi, ketika mulai berputar, maka kaki platina akan tersentuh.

Kondisi ini kemudian membuat terjadi kontak point dan berlanjut pada terputusnya kontak primer.

Pergerakan tersebut juga berlangsung secara singkat, mulai dari pemutusan arus sampai arus tersebut meningkat. Tegangan listrik yang tinggi kemudian dialirkan ke arah komponen busi dan membuat munculnya percikan api.

Dengan adanya percikan tersebut, maka Anda bisa mulai menggunakan mesin kendaraan untuk berbagai keperluan.

Itulah berbagai penjelasan tentang sistem untuk pengapian yang menggunakan cara konvensional. Setelah membaca artikel ini, tentu saja Anda akan lebih paham tentang apa yang dimaksud dengan sistem yang satu ini, fungsi, komponen, serta cara kerjanya.

Setiap sistem yang terdapat pada kendaraan memang perlu dijaga dengan baik, termasuk sistem pengapian. Maka dari itu, jangan lupa untuk merawatnya dengan melakukan servis rutin, klik di sini untuk booking dan cek laman Suzuki untuk informasi otomotif lainnya.

Berita Lainnya